Keajaiban Sentuhan Personal Carlo Ancelotti
Tidak ada yang menyangka Real Madrid bisa melaju sejauh ini. Hal itu berkat sentuhan personal Carlo Ancelotti.
Carlo Ancelotti mungkin bukanlah ahli taktik terbaik di muka bumi. Namun, dia punya kelebihan yang jarang dimiliki pelatih sepak bola top Eropa lainnya, yakni sentuhan personal.
Real Madrid merengkuh gelar ke-36 Liga Spanyol pada saat liga masih menyisakan empat pertandingan. Sejauh ini, belum ada tim di Spanyol yang bisa menandingi koleksi gelar Real. Barcelona, rival terberat dengan 27 gelar liga yang diharapkan bisa memberi perlawanan hingga garis finis, justru kalah dari tim kejutan, Girona, pada fase paling krusial.
Berbeda dari sebelumnya, raihan gelar Liga Spanyol Real kali ini tergolong istimewa. Tidak ada yang menyangka Real bisa melaju sejauh ini, terlebih di tengah permasalahan krisis pemain sejak awal musim. Aura pesimistis sudah terasa ketika Real ditinggal pergi sejumlah pemain elite semacam Karim Benzema dan Marco Asensio.
Baca juga: Teresa Vicente, Advokasi bagi Mar Menor
Manajemen Real bergerak mencari pengganti mereka. Harapan sempat melambung ketika isu kedatangan penyerang top haus gol, Kylian Mbappe, menguat. Akan tetapi, perburuan terhadap Mbappe berujung kekecewaan lantaran ia lebih memilih bertahan di Paris Saint-Germain.
Sebagai gantinya, Real merekrut Jude Bellingham, Joselu, Ardha Guller, dan Kepa Arrizabalaga. Namun, Guller dan Kepa tidak banyak dimainkan sepanjang musim ini karena cedera. Joselu lebih sering tampil sebagai pelengkap di lini depan. Hanya Bellingham yang kemudian bisa langsung bersinar di musim pertamanya bersama Real.
Dia punya sentuhan pribadi yang penting untuk dirasakan oleh kami sebagai pemain.
Badai masih berlanjut bagi Real pada pertengahan musim setelah para pemain belakangnya bergantian mengalami cedera. Pernah pada satu momen Real kehilangan David Alaba, Eder Militao, dan Antonio Rudiger dalam waktu yang sama. Kehilangan pemain kunci di bursa transfer, ditambah dengan badai cedera, sudah jadi alasan yang cukup bagi banyak pihak untuk menduga Real tidak akan bisa meraih trofi musim ini.
Akan tetapi, kenyataan yang terjadi justru sebaliknya. Real mampu menjuarai Piala Super Spanyol dan Liga Spanyol. Mereka juga melaju hingga semifinal Liga Champions Eropa untuk keempat kalinya secara beruntun. Carlo Ancelotti menjadi sosok yang membimbing Real membalikkan semua prediksi.
Pelatih asal Italia itu menyatukan keping-keping kekuatan Real yang tercerai-berai. Dia bisa melakukannya karena memiliki keahlian yang jarang ada pada pelatih top Eropa lainnya. Sejak dulu sudah beredar isu terkait kepiawaian Ancelotti dalam menyentuh sisi personal para pemainnya. Sentuhan personal ini memungkinkan para pemain mampu mengeluarkan kemampuan terbaik di lapangan.
Sudah banyak pemain yang mengungkapkan sisi lembut nan manusiawi dari Ancelotti. Mantan gelandang Chelsea, Frank Lampard, pernah menguraikan rahasia di balik awal mengesankan Ancelotti melatih di Liga Inggris.
”Dia tidak terlalu terlibat dengan apa yang terjadi di luar sepak bola. Namun, begitu Anda datang ke tempat latihan, dia mengobrol dengan Anda, menanyakan bagaimana perasaan Anda, dan bagaimana Anda berlatih. Dia punya sentuhan pribadi yang penting untuk dirasakan oleh kami sebagai pemain,” ujar Lampard pada 2009.
Baca juga: Marcel Gomes, Jurnalis Antideforestasi asal Brasil
Dunia sepak bola lekat dengan tekanan dan konflik internal. Dalam keadaan ini, sering kali Ancelotti memosisikan dirinya bukan sebagai seorang manajer atau pelatih, melainkan mediator. Dia punya kemampuan menjembatani eksepktasi petinggi klub dan juga ambisi para pemain.
Lampard mendeskripsikan Ancelotti sebagai seseorang yang pendiam dan kalem. Itulah gambaran persis seorang Ancelotti yang juga dikenal sanggup meredakan ego pemain, menangani perselisihan, sekaligus menciptakan keharmonisan di ruang ganti tim. Pembawaannya tenang.
Dengan keterampilan interpersonalnya, Ancelotti memperlakukan pemain sebagai individu. Tidak jarang Ancelotti meluangkan waktu untuk mendengarkan sekaligus memahami kebutuhan tiap-tiap pemain.
”Sejujurnya, pelatih dan stafnya tahun ini telah menjadi bagian besar dari kesuksesan kami, terutama karena kepergian pemain penting seperti Karim (Benzema) dan Marco (Asensio) serta cederanya tiga pemain reguler. Mereka terus membuka mata dan kami semua mampu berkontribusi. Beberapa di antaranya mendapat menit bermain lebih banyak dibandingkan dengan yang lain, dan itu membantu kami mencapai tujuan,” tutur bek kanan Real, Dani Carvajal.
Seribu taktik
Di samping sentuhan personalnya, Ancelotti bukanlah pelatih minim strategi sebagaimana disangka orang kebanyakan. Sebaliknya, keberhasilan Real menjuarai Liga Spanyol justru menguak betapa kaya taktik yang dimiliki Ancelotti. Dengan pemain yang ada, ia mampu memaksimalkan potensi setiap pemain sehingga badai cedera tidak sampai menggerus kekuatan tim.
Dia pelatih luar biasa yang membantu saya beradaptasi sekaligus memahami apa potensi yang ada dalam diri saya.
Musim ini Real banyak kehilangan bek, terutama di posisi tengah dan kiri. Untuk mengatasinya, Ancelotti menyulap posisi sejumlah pemain gelandang agar mampu bermain sebagai pemain. Aurelien Tchouameni yang berposisi sebagai gelandang bertahan, misalnya, bisa fasih bermain sebagai bek tengah. Demikian pula dengan Eduardo Camavinga yang beberapa kali bermain sebagai bek kiri karena Ferland Mendy cedera.
Meski bermain bukan di posisi natural mereka, Tchouameni dan Camavinga bisa menjalankan peran barunya dengan baik. Selain di lini belakang, krisis juga menimpa lini depan Real yang tidak memiliki penyerang murni. Ancelotti pun mengakali kekurangn itu dengan menempatkan Bellingham sebagai penyerang palsu.
Dalam perannya itu, Bellingham dituntut menjemput bola, membuka ruang, dan juga secepat kilat merangsek ke dalam kotak penalti. Seluruh tugas itu dijalankan dengan baik oleh Bellingham. Dia pun menjadi salah satu gelandang serang paling menjanjikan di Eropa musim ini.
Bellingham dibiarkan bebas bergerak sehingga dia pun menemukan kenyamanan dalam bermain. Ancelotti memang tidak memiliki pakem permainan yang mengharuskan para pemainnya tunduk kepada sistem, sebagaimana dilakukan oleh Pep Guardiola di Manchester City dan Mikel Arteta di Arsenal.
Ancelotti lebih menitikberatkan taktiknya kepada fungsi pemain alih-alih kaku terhadap sistem. Ia membiarkan para pemainnya berkreasi di atas lapangan sehingga setiap pemain bisa saling mengisi. Secara tidak langsung ini bisa menciptakan kekompakan di dalam tim.
”Dia pelatih luar biasa yang membantu saya beradaptasi sekaligus memahami apa potensi yang ada dalam diri saya. Saya sangat berterima kasih atas apa yang dia lakukan kepada saya selama ini,” kata Bellingham.
Keberhasilan Real musim ini menegaskan bahwa isu keajaiban sentuhan personal Ancelotti bukanlah isapan jempol semata. Di saat Real seperti memasuki kegelapan, Ancelotti memberi terang dengan pendekatannya tersebut. (REUTERS)
Carlo Ancelotti
Tempat dan tanggal lahir: Reggiolo, Italia, 10 Juni 1959
Pekerjaan: Pelatih Real Madrid
Prestasi, antara lain
- UEFA-Best Manager (2021-2022)
- Globe Soccer Award (2014)
- IFFHS-Best World Manager (2007 dan 2014)
- UEFA-Best Manager (2002-2003)
- World Soccer Magazine-Best Manager (2003)
- Serie A-Best Manager (2001 y 2004)
- Ligue1-Best Manager (2012-2013)
- Enzo Bearzot National Award (2014)
- Inspiring Leader Award (2015)
- Empat kali Best Manager of the Month dalam Premier League