Cuaca Panas dan Jejak Pemanasan Global Satu Dekade Terakhir
Rata-rata suhu permukaan Bumi terus meningkat dan mencapai rekor suhu terpanasnya dalam satu dekade, 2014-2023.
Sebagian wilayah Indonesia dilanda cuaca panas sejak April 2024. Siaran pers Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika pada 6 Mei 2024 menyebutkan adanya fenomena suhu panas di atas 36 derajat celsius di beberapa kawasan di Tanah Air.
Suhu udara maksimum tertinggi terekam di Palu, Sulawesi Tengah, yaitu mencapai 37,8 derajat celsius pada 23 April 2024. Di Medan, Sumatera Utara, suhu mencapai 37 derajat celsius pada 21 April 2024. Pada hari yang sama, suhu udara maksimum di Saumlaki, Maluku, mencapai 37,8 derajat celsius.
Wilayah lain yang juga terpantau mengalami suhu panas ialah Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, dengan suhu 36,6 derajat celsius, kemudian Sidoarjo, Jawa Timur sebesar 36,6 derajat celsius, dan Bengkulu dengan suhu udara maksimum mencapai 36,6 derajat celsius.
Menurut BMKG, fenomena ini bukan disebabkan gelombang panas. Penyebab suhu udara yang ”gerah” ini sebagai dampak dari peralihan musim hujan ke kemarau. Peralihan musim ini membuat penyinaran matahari terjadi secara maksimum akibat kurangnya tutupan awan.
Fenomena suhu panas tak hanya melanda Indonesia. Di wilayah Asia Tenggara cuaca panas ekstrem yang terjadi pada April 2024 juga melanda Filipina dan Thailand. Pada 24 April 2024, suhu mencapai 40,1 derajat celsius di ibu kota Thailand, Bangkok. Adapun di wilayah selatan Manila, Filipina, suhu dilaporkan mencapai 47 derajat celsius (Kompas.id, 29/4/2024).
Bukan hanya momen awal tahun ini, kenaikan suhu yang ekstrem juga terjadi pada beberapa periode tahun sebelumnya. Kenaikan suhu tanpa henti ini ditandai dari awal era industrialisasi di dunia. Peningkatan aktivitas manusia menggunakan instrumen mesin, teknologi, dan bahan bakar fosil memicu peningkatan karbon dioksida dan gas greenhouse lainnya memicu menghangatnya suhu di Bumi.
Suhu udara sangat mudah dipengaruhi oleh aktivitas manusia. Jika ditilik kembali, terdapat perubahan besar pola aktivitas manusia sejak revolusi industri yang secara masif mengubah pola produksi tradisional ke bentuk pola produksi massal. Pola produksi massal yang mengandalkan alat dan mesin ternyata juga memproduksi gas greenhouse yang membawa dampak besar pada keseimbangan iklim bumi dan suhu global.
Rekor kenaikan suhu dunia dan Indonesia
Dalam penelitiannya, para ilmuwan dari Institute Goddard NASA, Amerika Serikat, menyebutkan bahwa kenaikan suhu secara global naik setidaknya 1,1derajat celsius sejak 1880. Jika dirinci, sejak 1880, rata-rata suhu permukaan naik 0,07derajat celsius setiap dekade. Hal tersebut bisa menjadi tanda di mana industrialisasi menjadi titik awal peningkatan suhu global.
Data dari Badan Atmosfer dan Kelautan Nasional Amerika Serikat (NOAA) memperlihatkan, 2016 dan 2023 menjadi rekor anomali suhu tertinggi selama 10 tahun terakhir. Anomali yang dimaksud ialah kenaikan dari batas suhu rata-rata normal yang mengacu pada rata-rata 1910-2000
Pada 2016, suhu Bumitercatat lebih hangat 1,29 derajat celsius di atas rata-rata periode tahun acuan. Suhu global pada 2016 sebagian besar dipengaruhi oleh kondisi El Nino kuat yang terjadi pada awal tahun.
Kenaikan suhu pada tahun 2016 tidak sedikit memicu bencana di beberapa negara. Dilansir dari National Center for Environmental Information, National Ocean, and Atmospheric Administration (NOAA) terjadi 15 peristiwa akibat cuaca dan ketidakstabilan iklim di Amerika Serikat mulai dari kekeringan, kebakaran hutan besar di California (AS), banjir dan badai, hingga siklon tropis.
Adapun di wilayah lainnya yang terdampak seperti suhu panas ekstrem di Artik, perkembangan gelombang panas di lepas Pantai Alaska dan Australia, dan juga parahnya kondisi El Ninoyang melanda wilayah Asia periode 2015-2016.
Pada 2016 Indonesia tidak ketinggalan terdampak peningkatan suhu yang diperburuk El Nino. Saat itu menurut BMKG, kondisi suhu di Indonesia meningkat 0,6 derajat celsius dari rata-rata suhu tahun 1991-2000.
Adanya peningkatan suhu dan diperburuk oleh El Nino menjadi salah satu pemicu kebakaran hutan di Indonesia (Kompas.id, 19/5/2023). Dampak peningkatan suhu juga mengakibatkan kekeringan lahan pertanian yang harus mengalami gagal panen. Selain itu, dampak juga dirasakan biota laut, yaitu karang-karang yang mengalami kerusakan.
Cuaca panas dan kenaikan suhu pada 2023
Fenomena kenaikan suhu terus berlanjut hingga saat ini. Laporan Global Climate Highlights 2023 oleh lembaga Copernicus Climate Change Service (C3S)-Uni Eropa pada 9 Januari 2024 menyebutkan, suhu pada 2023 lebih hangat 1,48derajat celsius di atas rata-rata pada era pra-industri 1850-1900.
Kondisi ini tidak dapat dilepaskan dari peralihan kondisi La Nina keEl Ninoyang muncul pada pertengahan tahun 2023. Akibatnya, banyak wilayah dunia yang dilanda panas ekstrem, seperti Eropa Selatan dan Afrika Utara pada Juli 2023.
Baca juga: Bumi Bukan Lagi Memanas, tetapi Mulai Mendidih
Di wilayah Italia, suhu dapat mencapai 48,2 derajat celsius. Di Tunisia suhu sempat menyentuh 49 derajat celsius. Bahkan di wilayah Maroko dan Aljazair suhu mencapai 50,4 derajat celsius dan 49,2 derajat celsius.
Kenaikan suhu pada 2023 juga memicu bencana kebakaran besar di Kanada. Tercatat hingga Oktober 2023 terdapat 6.132 kebakaran yang menghanguskan 16,5 juta hektar kawasan hutan di Kanada (Government of Canada, 8/9/2023). Kebakaran besar juga terjadi di Hawaii, AS,yang menewaskan 80 orang yang dipicu oleh musim panas dan kekeringan (Kompas.id, 13/8/2023).
Bencana kebakaran juga dialami Indonesia pada tahun 2023. Dari September 2023 hingga Oktober 2023 sedikitnya 267.000 hektar lahan dilanda kebakaran dengan 6.659 titik panas. Jumlah titik panas ini meningkat dibandingkan dengan tahun 2022 dengan 1.128 titik panas. Kebakaran tersebut juga dipicu oleh terjadinya puncak El Nino yang terjadi pada bulan September (Kompas.id, 3/10/2023).
Tidak heran, jika 2023 dinobatkan sebagai tahun paling panas sejak 1850. Suhu panas ini diperkirakan oleh lembaga Copernicus Climate Change Service masih akan berlanjut pada 2024. Salah satu penyebabnya ialah fenomena El Nino yang masih terjadi.
Di Indonesia, sebagian wilayah masih akan mengalami cuaca panas di hari-hari mendatang. BMKG memantau suhu tertinggi di Indonesia dalam sepekan terakhir(28/4/2024) mencapai 37,3derajat celsius.
Baca juga: Suhu Panas Melanda Indonesia, Tertinggi di Deli Serdang
BMKG mencatat, suhu rata-rata Indonesia pada Maret 2024 mencapai 27,43 derajat celsius. Rerata suhu ini di atas rata-rata normal periode 1991-2020, yaitu 26,85 derajat celsius.
Adapun rata-rata suhu pada April 2024 tercatat 27,74derajat celsius (BMKG, 6/5/2024). Anomali suhu pada April 2024 ini tercatat sebagai yang tertinggi(0,89derajat celsius) sejak 1981. (LITBANG KOMPAS)
Baca juga: Rekor Panas Tahun 2023 Sebagian Didorong oleh Proses Misterius