Guru di Lampung Berlatih Kreatif Hidupkan Bahasa Daerah
Program revitalisasi melibatkan guru SD dan SMP menggunakan metode kreatif dalam mengajar bahasa daerah.
Oleh
VINA OKTAVIA
·3 menit baca
BANDAR LAMPUNG, KOMPAS – Kantor Bahasa Provinsi Lampung kembali menjalankan program revitalisasi bahasa daerah dengan melibatkan pihak sekolah dan para pegiat bahasa daerah. Sebanyak 251 guru bahasa Lampung tingkat SD dan SMP mendapatkan pelatihan tentang model pembelajaran bahasa daerah dari para pakar.
Kepala Kantor Bahasa Provinsi Lampung Desi Ari Pressanti mengatakan, kegiatan pelatihan untuk para guru dari 15 kabupaten/kota di Lampung itu berlangsung tiga hari, Minggu (28/4/2024) hingga Selasa (30/4/2024). Guru mendapatkan pelatihan tentang model pembelajaran bahasa daerah yang telah disusun oleh para pakar.
Pembelajaran bahasa daerah untuk generasi muda akan dilakukan, antara lain, dengan metode membaca dan menulis puisi, cerpen, pidato, serta merancang stand up komedi berbahasa daerah. Cara kreatif ini diharapkan mampu menarik minat anak-anak muda untuk kembali menggunakan bahasa daerah.
Nantinya, guru akan diberi kebebasan memilih bahan mengajar sesuai dengan minat siswa. Selain guru, pegiat bahasa daerah juga akan dilibatkan sebagai narasumber dalam proses belajar. ”Setelah mendapatkan pelatihan, para guru ini diharapkan akan menyebarkan kepada para guru sejawat dan siswa-siswanya,” kata Desi.
Menurut dia, ini adalah tahun kedua Kantor Bahasa Lampung melatih guru-guru. Tahun 2023, sebanyak 251 guru bahasa Lampung mengikuti pelatihan serupa.
Jumlah penutur bahasa daerah Lampung yang terdata diperkirakan hanya 6.250 orang. Kalau dibandingkan dengan total penduduk Lampung, jumlah penutur bahasa daerah itu sangat sedikit.
Revitalisasi bahasa daerah ini penting untuk menjaga vitalitas bahasa daerah. Pada 2021, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa mengkaji 24 bahasa daerah. Hasilnya, semua bahasa daerah yang dikaji mengalami kemunduran. Bahasa yang semula kondisinya aman menjadi terancam punah, sementara bahasa yang kondisinya kritis menjadi semakin kritis.
Saat ini, jumlah penutur bahasa Lampung juga semakin berkurang. ”Jumlah penutur bahasa daerah Lampung yang terdata diperkirakan hanya 6.250 orang. Kalau dibandingkan dengan total penduduk Lampung, jumlah penutur bahasa daerah itu sangat sedikit,” tutur Desi.
Dari kajian Kantor Bahasa Provinsi Lampung, setidaknya terdapat tujuh bahasa daerah yang ada di Lampung, yaitu bahasa Lampung, Bali, Jawa, Sunda, Bugis, Ogan, dan Basemah/Semende. Bahasa daerah utama yang digunakan masyarakat asli Lampung adalah bahasa Lampung. Sementara enam bahasa lain adalah bahasa daerah yang dibawa oleh para transmigran.
Selain memberi pelatihan kepada guru, Kantor Bahasa Lampung juga akan kembali mengadakan Festival Tunas Bahasa Ibu tingkat Provinsi Lampung tahun 2024. Kegiatan yang menurut rencana bakal digelar pada Oktober-November 2024 tersebut merupakan puncak dari program revitalisasi bahasa daerah.
Festival Tunas Bahasa Ibu digelar untuk mengajak anak-anak muda menggunakan kembali bahasa daerah. Festival akan diisi dengan berbagai lomba mendongeng, pidato, dan menulis puisi menggunakan bahasa Lampung. Selain itu, ada juga lomba membaca aksara Lampung.
Lewat kegiatan itu, anak-anak muda ini diharapkan dapat menjadi penutur bahasa Lampung. Ke depan, anak-anak muda didorong untuk membentuk komunitas dan menularkan penggunaan bahasa daerah itu kepada teman-teman di lingkungan sekolah ataupun tempat tinggalnya.
Ketua Musyawarah Guru Mata Pelajaran Bahasa Lampung Kabupaten Pringsewu Syaiful Hilal mengatakan, saat ini tidak semua guru bahasa Lampung mempunyai latar belakang pendidikan bahasa daerah. Karena itulah, guru sangat membutuhkan pelatihan tentang cara mengajar bahasa Lampung yang tepat.
Apalagi, saat ini, generasi muda semakin enggan mempelajari bahasa daerah. Guru dituntut lebih kreatif dalam memberikan materi pelajaran agar siswa tertarik.
Program revitalisasi bahasa daerah diinisiasi pada 2021 oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbudristek. Awalnya, program tersebut baru mencakup tiga provinsi dan lima bahasa daerah, yaitu bahasa Jawa, Sunda, Makassar, Toraja, dan Bugis.
Pada 2022, cakupan program bertambah menjadi 30 bahasa daerah di 13 provinsi. Beberapa bahasa daerah yang direvitalisasi kala itu meliputi bahasa Kenyah (Kalimantan Timur), Maanyan (Kalimantan Tengah), Yamdena (Maluku), Tobelo (Maluku Utara), Kamoro (Papua), Mbojo (Nusa Tenggara Barat), dan Melayu dialek Panai (Sumatera Utara).
Pada 2023, program revitalisasi kembali dilakukan terhadap 59 bahasa daerah di 22 provinsi. Beberapa di antaranya bahasa Gayo (Aceh), Bulungan (Kalimantan Utara), Bakumpai (Kalimantan Selatan), Ogan (Sumatera Selatan), Enggano (Bengkulu), Lampung (Lampung), Jawa dialek Jawa Timur (Jawa Timur), Pamona (Sulawesi Tengah), serta Moi dan Sough (Papua Barat).
Kepala Biro Kesejahteraan Rakyat Sekretaris Daerah Lampung Yulia Megaria mengatakan, bahasa daerah merupakan warisan budaya yang berharga bagi masyarakat Lampung. Bukan hanya bahasa daerah, Lampung juga mempunyai aksara daerah yang hingga kini terus diupayakan kelestariannya.
Sebagai upaya menjaga kelestarian bahasa daerah, Provinsi Lampung telah mengeluarkan Peraturan Gubernur Lampung Nomor 39 Tahun 2014 tentang Mata Pelajaran Bahasa dan Aksara Lampung sebagai Muatan Lokal Wajib pada Jenjang Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Selain regulasi, Pemprov Lampung juga telah membentuk tim pembinaan serta pengembangan bahasa dan aksara Lampung.
”Kegiatan pelatihan ini merupakan bentuk perhatian pemerintah pusat pada pemerintah daerah dalam upaya pelestarian bahasa Lampung,” katanya.