Seorang Warga Kalbar Kehilangan Separuh Kakinya akibat Diserang Buaya
Seorang warga Kalimantan Barat kehilangan separuh kakinya akibat digigit buaya saat mencuci di lanting tepian sungai.
Oleh
EMANUEL EDI SAPUTRA
·3 menit baca
PONTIANAK, KOMPAS — Seorang warga Dusun Kelapuk, Desa Kampung Baru, Kecamatan Toba, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat, kehilangan separuh kaki kanannya akibat diserang buaya. Warga yang bernama Natalia (32) itu kini sedang menjalani perawatan intensif di salah satu rumah sakit di Kota Pontianak.
Limseng (44) atau juga disapa Ateng, suami Natalia, saat ditemui di salah satu rumah sakit di Kota Pontianak, Kalimantan Barat, Kamis (25/4/2024) pagi, mengungkapkan, istrinya pada Rabu (24/4/2024) sekitar pukul 06.00 WIB tengah mencuci pakaian di lanting tepi Sungai Kelapuk, anak Sungai Kapuas.
Lanting tersusun dari rangkaian kayu yang mengapung di sungai. Lanting biasanya dipergunakan warga sebagai tempat mencuci dan mandi di tepi sungai. Lanting ditemui di kampung-kampung yang berada di tepi sungai.
Saat itu, Natalia sudah selesai membilas cuciannya. ”Setelah selesai membilas cucian, tiba-tiba ada buaya menyambar kaki kanan istri saya,” ungkap Limseng.
Buaya yang berada di sungai ”menyambar” tubuh Natalia yang berada di atas lanting. Sambaran itu mengenai kaki kanannya. Spontan Natalia berteriak hingga teriakannya didengar keluarga dan warga kampung setempat. Mereka segera menuju lanting dan membantu Natalia yang sedang berjuang menarik kakinya dari terkaman buaya tersebut.
Natalia berhasil diselamatkan, tetapi ia kehilangan separuh kakinya akibat sambaran buaya tersebut. Beberapa saat setelah kejadian itu, Natalia dibawa ke rumahnya untuk ditangani sementara oleh keluarga dan warga.
Saat kejadian, Limseng sedang berada di tempat ia bekerja, yaitu 45 menit dari kampung itu. Ia dihubungi keluarga yang memberitahukan kejadian tersebut. Limseng terkejut mendengar kabar itu dan bergegas pulang. Setelah Limseng tiba di rumah, Natalia segera dibawa ke puskesmas terdekat menggunakan perahu cepat (speedboat), sekitar 40 menit dari kampung.
Natalia ditangani di puskesmas tersebut, diberi obat antinyeri dan dirujuk ke rumah sakit di Pontianak. Pada hari itu juga, Limseng membawa sang istri ke salah satu rumah sakit di Kota Pontianak untuk mendapatkan perawatan intensif. Natalia sudah ditangani di salah satu rumah sakit di Kota Pontianak dan sedang dirawat di intensive care unit (ICU).
”Bingung juga ini, biaya segala macam,” ujarnya.
Setelah kejadian itu, kata Limseng, warga di kampung waspada. Warga masih tampak ketakutan. Sebab, buaya tersebut besar, kemungkinan sepanjang 6-7 meter. Bahkan di setiap lanting kabarnya dipasang pagar agar kejadian serupa tidak terulang di kampungnya.
Habitat buaya terganggu
Peristiwa itu pertama kali terjadi di kampungnya. Namun, peristiwa serupa pernah terjadi di kampung tetangga yang masuk dalam wilayah Kabupaten Kubu Raya. Beberapa tahun lalu terjadi dua kejadian serupa di kampung tetangga. Namun, kala itu warga yang tersambar buaya meninggal dunia.
Institut Dayakologi, sebuah lembaga pusat penelitian dan pengembangan yang bergerak tentang isu kebudayaan Dayak, pada 2021/2022 melakukan riset tentang sejarah dan kebudayaan setempat. Penelitian secara umum melihat hutan, tanah, dan air sebagai benteng budaya Dayak.
Wakil Direktur Institut Dayakologi Richardus Giring menuturkan, dari hasil penelitian itu diketahui penting mengelola hutan, tanah, dan air secara bijak agar keseimbangan alam terjaga. Namun, kenyataannya, bentang alam di daerah sekitar perkampungan banyak beralih fungsi untuk kegiatan ekstraktif. Kampung-kampung di daerah tersebut berada di sekitar anak Sungai Kapuas.
Terkait insiden serangan buaya di Kubu Raya, Giring menduga, hal itu dipicu kondisi habitat di hutan yang terganggu. ”Selain itu, buaya kemungkinan kehilangan sumber makanan,” kata Giring.
Salah satu sumber makanan buaya biasanya dari binatang di hutan yang kebetulan mencari minum di pinggir sungai. Kalau binatang sudah tidak ada lagi karena juga kehilangan habitatnya, buaya pun tidak memiliki sumber makanan sehingga mencari sumber makanan ke daerah-daerah lain.
Buaya kemungkinan kehilangan sumber makanan.
Menurut dia, warga harus menyadari kondisi itu sehingga ketika berhubungan dengan sungai harus berhati-hati. Hal itu penting, bukan hanya supaya tidak ada konflik satwa-manusia, melainkan juga supaya tidak ada lagi korban.